Selasa, 06 Januari 2015

Pendidikan Interprenership



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kata pendidikan lebih luas maknanya dibanding kata pengajaran, karena pendidikan yang berhasil akan mengubah perilaku, dan perilaku akan mengubah karakter, dan karakter berbangsa menciptakan budaya bangsa, dan budaya bangsa menciptakan peradaban bangsa. Kalau sementara orang menganggap bahwa pendidikan entreprenership diartikan sebagai pelajaran mengenai berdagang, itu makna yang terlalu sempit, karena pada hakikatnya pendidikan entreprenership adalah sebuah tindakan kreatif, inovatif dan sportif, serta dapat diterima publik.
Pendidikan entreprenership tidak harus menambah kurikulum, akan tetapi justru memberi keragaman pendidikan yang kontekstual dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata sehari-hari, sehingga mempunyai nilai tambah (added value) baik dari sisi pengetahuan maupun sisi nilai sosial ekonomi.Peserta didik yang dibekali pendidikan entreprenership tumbuh kecerdasannya, keterampilannya, intelektualnya, mempunyai banyak gagasan, mampu berkomunikasi yang dapat meyakinkan orang lain, sehingga ruh sebagaimana dimaksudkan oleh UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 terjawab.[1]
Maka dari itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan sedikit penjelasan tentang pentingnya pendidikan interprenership dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya alam dan kenapa harus ada pendidikan interprenership pada pendidikan menengah atas, di sini kami akan menjelaskan sedikit banyak tentang hal tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Kemanakaharah pendidikan Islam jenjang pendidikan menengah atas?
2.      Apa itu pendidikan interprenership?
3.      Apakah pendidikan interprenership meningkatkan kualitas manusia?
4.      Apa tujuan pendidikan interprenership?
5.      Bagaimana pendidikan kewirausahaan di sekolah

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui kemana arah pendiidkan Islam jenjang pendidikan menengah atas
2.      Untuk mengetahui apa itu pendidikan interprenership
3.      Untuk mengetahui apakah pendidikan interprenership meningkatkan kualitas manusia
4.      Untuk mengetahui tujuan pendidikan interprenership
5.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan kewirausahaan di sekolah














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arah Pendidikan Islam Jenjang Pendidikan Menengah Atas
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar, pendidikan, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam.[2]
Arah tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam yaitu:
Bahwa pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan,maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh terhadap Allah, baik pada tingkat perseorang, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.[3]
Sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Attas bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan manusia yang baik. Manusia yang baik tersebut adalah orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan; yang memahami dan menunaikan keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain dalam masyarakatnya; yang terus berupaya meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia yang beradab.[4]
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu pada tujuan umum pendidikan.Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut agar menghasilkan manusia yang lebih baik.[5]
Tujuan pendidikan menengah atas ialah :
1.      meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
2.      meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya

Kurikulum di SMA merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan menengah.Secara khusus pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Umumnya berusia sekitar 15 – 19 tahun

Tugas perkembangan yang hendak dicapai pada masa dewasa awal adalah untuk:
1.      Mencapai kematangan dan pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2.      Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya
3.      Mencapai kematangan emosional
4.      Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani
5.      Mencapai kematangan dalam pilihan karier
6.      Mencapai kematangan gambara dan sikap tentang kehidupan mandiri, baik secara emosional, intelektual maupun ekonomi
7.      Mencapai kematangan gambaran tentang kehidupan berkeluarga
8.      Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual
9.      Mencapai kematangan dalam system etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat dan bangsa serta sebagai warga Negara

Menurut surat keputusan bersama Mendikbud dan Kepala BAKN no. 0433/P/1993 dan no. 25 tahun 1993 serta SK Mendikbud no. 025/O/1995 menyebutkan :
Bidang bimbingan ada 4 yaitu:
  1. Bimbingan pribadi
  2. Bimbingan social
  3. Bimbingan belajar
  4. Bimbingan karier[6]
B.  Pendidikan Interprenership
Istilah entrepreneur berasal dari bahasa Perancis entreprendre, yang artinya mengambil langkah memasuki sebuah aktivitas tertentu atau sebuah enterprise, atau menyambut tantangan. Di dalam pengertian yang asli dari kata entrepreneur terdapat tiga hal yang penting, yaitu creativity-innovation, opportunity-creation, dan calculated risk-taking. Tiga unsur inilah yang utama ada di semua entrepreneur manapun.
Kalau sementara orang menganggap bahwa pendidikan interprenership diartikan sebagai pelajaran mengenai berdagang, itu makna yang terlalu sempit, karena pada hakikatnya pendidikan interprenership adalah sebuah tindakan kreatif, inovatif dan sportif, serta dapat diterima publik.
Pendidikan interprenership tidak harus menambah kurikulum, akan tetapi justru memberi keragaman pendidikan yang kontekstual dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata sehari-hari, sehingga mempunyai nilai tambah (added value) baik dari sisi pengetahuan maupun sisi nilai sosial ekonomi. Peserta didik yang dibekali pendidikan interprenership tumbuh kecerdasannya, keterampilannya, intelektualnya, mempunyai banyak gagasan, mampu berkomunikasi yang dapat meyakinkan orang lain.
Oleh karena itu sebaiknya Pendidikan Interprenership, baik yang tersirat maupun yang tersurat (formal – non formal – informal) sudah harus dimulai sejak dini sampai ke jenjang pendidikan tinggi dan bahkan sepanjang hayat. Pembiasaan dan pelatihan yang terus-menerus akan mendatangkan kepiawaian seseorang untuk berpotensi menjadi penemu dan pemecah masalah (problem finder and problem solver), dan akhirnya memiliki hidup yang bermanfaat.[7]

C.    Pendidikan Interprenership Meningkatkan Kualitas Pribadi Manusia
Bangsa-bangsa yang tergolong maju, memiliki manusia-manusia yang berkualitas tinggi. Bangsa yang telah maju memiliki jiwa kewiraswasta, baik pada para pengusaha, para pemimpin, maupun setiap anggota masyarakat usia kerjanya. Sebagai bangsa merdeka dan mau berkembang, tentunya tidak dapat lagi dibenarkan apabila para pemimpin beserta masyarakatnya membiarkan begitu saja adanya penindasan mental diantara sesamanya.
Untuk keperluan itu, segenap sumber daya manusia hendaknya digali, dipelajari dan dikembangkan, sehingga terwujudnya kualitas masyarakat yang diharapkan. Pendidikan kewiraswastaan berusaha untuk menjawab tantangan ini guna menjadikan manusia bukan hanya mampu mencari pekerjaan, melainkan mampu mengembangkan sumber daya manusia yang mampu meningkatkan sumber daya bagi dirinya sendiri, atau bahkan menyediakan lapangan kerja bagi orang lain.
Untuk mengembangkan manusia yang bekualitas tinggi, kita tidak harus mengandalkan pelayanan pendidikan formal yang telah ada, karena daya jangkau dan daya didik pendidikan formal adalah terbatas pada sejumlah manusia tertentu,sepanjang waktu tertentu dan seluas ruang lingkup pengajaran tertentu.Untuk itu perlu diberikannya pendidikan untuk membekali pribadi manusia sehingga manusia mampu mengembangkan kualitas pribadinya.Pendidikan yang tepat untuk itu ialah pendidikan kewiraswastaan.Dalam pengertian wiraswasta terkandung pula kualitas manusia yang mampu mengikuti perkembangan zaman, mampu menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan pendidikan wiraswasta, maka kita tidak lagi hanya mau mengerahkan tenaga manusia, melainkan lebih dari itu dapat mengerahkan mentalnya.Itulah daya kekuatan yang terpadu didalam suatu pengertian wiraswasta, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi satu.[8]

Entrepreneur bukan berarti pedagang.Namun punya semangat untuk kreatif, inovatif, berani mengambil resiko, serta mampu mengubah “sampah” menjadi “emas’.
Tujuan pendidikan interprenership tidak mengharuskan semua orang menjadi seorang entrepreneur, tetapi kalaupun mereka menjadi pegawai, akan menjadi pegawai yang baik. Karena pendidikan interprenership mengajarkan inisiatif, kreatif, yang sifatnya holistik.
Sebenarnya yang didapat dari pendidikan interprenership adalah kreativitas.Ada beberapa pandangan yang kurang tepat tentang pendidikan interprenership.
Pertama, ada yang berkata kalau memasukkan pendidikan interprenership berarti membuat kurikulum baru.Sebenarnya tidak perlu, pendidikan interprenership itu memperkaya dan mempertajam kurikulum yang sudah ada.Kedua, mengajarkan interprenership berarti mengajarkan dagang.Itu terlalu sempit, pendidikan interprenership itu lebih luas.Ketiga, belajar interprenership lebih tepat jika sudah besar.Itu keliru, benih-benih inspirasinya mesti dimulai dari mengembangkan kreatifitas.[9]
Arah tujuan pendidikan interprenership tidak bersifat sempit semata-mata untuk mencetak lulusan siap kerja saja, namun juga menyiapkan lulusan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah, beradaptasi dan mereka cipta.
Tujuan pendidikan interprenership mendidik agar siswa menjadi:
  1. Generasi baru yang peka dan peduli pada kesejahteraan dan perdamaian masyarakat lokal dan global.
  2. Generasi baru yang terbuka dan mandiri, mampu melihat, mencari, mengelola dan menciptakan peluang dengan berfikir kritis dan kreatif yang menghasilkan ide-ide yang inovatif.
  3. Generasi baru yang dapat mengkomunikasikan ide inovatif yang dilandasi sikap kejujuran dan tanggungjawab dan kepekaan pada kebutuhan orang lain.
  4. Generasi baru yang berani mengambil resiko dan memiliki keterampilan-keterampilan untuk menjalankan ide-ide inovatif secara nyata disertai sikap etis agar dapat mencapai hasil yang terbaik.
Pada intinya pendidikan interprenership bertujuan memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk mengetahui (to know), melakukan (to do), dan menjadi (to be) seseorang yang mempunyai semangat untuk melakukan dan memberikan yang terbaik baik bagi diri sendiri, keluarga maupun bangsa. Dengan integrasi dari ketiga unsur ini diharapkan akan meningkatkan keunggulan sumber daya manusia Indonesia untuk bersaing dalam kancah masyarakat dunia yang berbasis pengetahuan dan kreatifitas.[10]
E.     Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha.Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek, diantaranya:

1.      Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses  pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)  nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a)      Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
b)      Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus.
c)      Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d)     Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
2.      Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Misi ekstra kurikuler adalah:
a)      Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.
b)      Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3.      Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll).
4.      Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan.Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk
berwirausaha, diantaranya:
a)      Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu.Dengan adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha merupakan suatu hal yang baik.
b)      Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu.Saat ada ketertarikan dari diri seseorang maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai.Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk berwirausaha.
c)      Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat anak.Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang utama.Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
d)     Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM yang berguna (Suprapto, 2007).
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap sesuatu yaitu minat berwirausaha.[11]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Istilah interpreneur berasal dari bahasa Perancis entreprendre, yang artinya mengambil langkah memasuki sebuah aktivitas tertentu atau sebuah enterprise, atau menyambut tantangan.
Pada hakikatnya pendidikan interprenership adalah sebuah tindakan kreatif, inovatif dan sportif, serta dapat diterima publik.
Tujuan pendidikan interprenership tidak mengharuskan semua orang menjadi seorang entrepreneur, tetapi kalaupun mereka menjadi pegawai, akan menjadi pegawai yang baik. Karena pendidikan interprenership mengajarkan inisiatif, kreatif, yang sifatnya holistik.
Program pendidikan interprenership dapat diterapkan melalui beberapa aspek, diantaranya:
      Terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran
      Terpadu dalam kegiatan Ekstrakulikuler
      Melalui  pengembangan diri
      Perubahan pelaksanaan pembelajaran interpreneurship dari teori ke praktik
      Melalui muatan lokal (mulok)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha, diantaranya:
      Kemauan
      Ketertarikan
      Lingkungnan keluarga
      Lingkungan sekolah


B.     Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pemakalah.Mohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penjelasan dari makalah kami.Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.





DAFTAR PUSTAKA

http://assetanita.blogspot.com/ (diakses 10 Juni 2013).
Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006.
Nata, Abudin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana. 2010
Rosnita. Kurikulum Pendidikan Islam Gagasan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Banda Aceh: PeNA. 2011
Soemanto, Wasti. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Suharyadi, dkk, Kewirausahaan, Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat. 2008.







[1]http://tyashandayani.wordpress.com/2011/01/20/pendidikan-entrepreneurship/
[2]  Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam.  Kencana: Jakarta. Hlm 36.
[3]Ibid. 62.
[4]Rosnita.  2011. Kurikulum Pendidikan Islam, Gagasan Pendidikan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Banda Aceh.  peNA. Hlm. 101
[5]http://smadppekalongan.wordpress.com/profil/tata-tertib-tenaga-kependidikan
[6]http://ariska67.blogspot.com/2012/02/tujuan-pendidikan-sma.html
[7]http://tyashandayani.wordpress.com/2011/01/20/pendidikan-entrepreneurship/
[8] Wasty Soemanto, “Pendidikan Wiraswasta”(Jakarta: Bumi Aksara.2008)h. 85-86
[9]Suharyadi, dkk, Kewirausahaan, Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, (Jakarta: Salemba Empat, 2008).
[10]Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar