Selasa, 06 Januari 2015

Manajemen Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
      Di tengah era globalisasi dan otonomi daerah, tuntutan perbaikan pembelajaran disekolah semakin mengemuka.Dimana orientasi pembelajaran mengalami perubahan dari kegiatan belajar berpusat kepada guru sekarang menjadi pembelajaran yang berpusat pada murid. Itu berarti reformasi sekolah, khususnya pembelajaran merupakan hal yang mendesak  untuk dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkannya suatu manajemen pembelajaran agar dapat mengetahui cara mengorganisir pembelajaran disekolah.          
Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar, dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Pada dasarnya, manajemen pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran yang dikategorikan dalam kurikulum inti maupun penunjang.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas, dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran. Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi pengelolaan pembelajaran.
Dengan berpijak dari pernyataan-pernyataan terkait definisi manajemen pembelajaran tersebut, maka dapat dibedakan antara pengertian manajemen pembelajaran dalam arti luas dan manajemen pembelajaran dalam arti sempit.
Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan pembelajar peserta didik dengan diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian. Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa manajemen pembelajaran merupakan kegiatan mengelola proses pembelajaran, sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan dalam manajemen pendidikan.
Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai manajer adalah guru atau pendidik.Sehingga dengan demikian, pendidik memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa langkah kegiatan manajemen yang meliputi merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengendalikan (mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena itulah, untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan.
Senyatanya, manajemen pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan hal-hal penting untuk diperhatikan. Beberapa bagian terpenting dalam manajemen pembelajaran tersebut antara lain: penciptaan lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan harapan kepada peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Disamping itu, dalam penyusunan materi diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah psikomotorik, dan rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.







BAB II
PEMBAHASAN

MANAJEMEN PEMBELAJARAN

A.    Peran Guru dan Siswa
Di dalam proses belajar mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dan siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan transfer of knowledge-nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran guru dan siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolabolator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi siswa. Karenanya guru dapat memberikan  penyuluhan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran guru sebagaimana dimaksud, maka peran siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan  dan berbagi (sharing) pengetahuan atau keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka manajemen sekolah, guru dan siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:
1.      Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
2.      Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keingintahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3.      Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja sama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
4.      Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5.      Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun di luar sekolah.
6.      Konstektual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan “problem-based atau case-based learning
7.      Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
8.      Multisensory: memungkinkan proses pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik.
9.      High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll) serta secara tidak langsung juga meningkatkan “ICT dan media literacy”.[1]
Menurut Sue dan Glover (2000) dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah menolong murid untuk mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen, struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.
Jadi yang menjalankan kepemimpinan dalam pembelajaran adalah guru, karena proses mempengaruhi murid agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Semakin senang perasaan anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal.
Menurut Davis (1996) dalam konteks peran guru, memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi, mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.
Guru adalah motivator untuk mempengaruhi siswa melakukan kegiatan belajar. Untuk memberikan pengaruh dan bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan dua usaha utama, yaitu: (1) memperkokoh motivasi siswa, (2) memilih srategi mengajar yang tepat[2].

B.     Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a.      Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.  Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar.Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, RPP adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.

b.      Tujuan dan Fungsi RPP
1.      Tujuan
·         Mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar;
·         Dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.
2.      Fungsi
Sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan member kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.

c.       Unsur-unsur yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP
·         Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan didalam silabus;
·         Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup ( life skill ) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari;
·         Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung;
·         Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada system pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

d.      Komponen-komponen RPP
·         Identitas mata pelajaran
·         Standar kompetensi
·         Kompetensi dasar
·         Indikator pencapaian kompetensi
·         Tujuan pembelajaran
·         Materi ajar
·         Alokasi waktu
·         Metode pembelajaran




e.       Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
·         Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
·         Mendorong partisipasi aktif peserta didik
·         Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses pembelajaran
·         Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
·         Keterkaitan dan keterpaduan
·         Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

f.       Langkah-langkah Penyusunan RPP
·         Identitas mata pelajaran
·         Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
·         Indikator
·         Materi pembelajaran
·         Tujuan pembelajaran
·         Strategi atau Skenario Pembelajaran
·         Sarana dan Sumber Pembelajaran
·         Penilaian dan Tindak Lanjut.[3]

C.    Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
a.      Pengertian Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas atau resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, resitasi adalah hafalan yang diucapkan oleh murid-murid di dalam kelas.[4]Abu Ahmadi, dkk.,menyebutkan bahwa metode pemberian tugas belajarresitasiseringdisebutmetodepekerjaanrumahyaitumetodedimanasiswadiberitugasdiluarjampelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi bisa dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan, dan sebagainya untuk dipertanggungjawabkan kepada guru.[5]
Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
Dalam pemberian tugas, guru harus jelas dalam mendeskripsikan tugas untuk siswa.Andaikata tugas harus diselesaikan oleh kelompok, sebaiknya guru juga mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok untuk menghindari adanya siswa yang tidak aktif.Sebaiknya tiap anggota kelompok melaporkan hasil yang dibuatnya sendiri disamping ada hasil yang merupakan laporan kelompok.Satu hal yang harus dicamkan oleh guru yaitu laporan siswa harus diperiksa dan dikembalikan kapada siswa setelah diperiksa.

b.      Langkah-langkah Penggunaan Metode Resitasi.
Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas atau resitasi, yaitu:
1.      Fase pemberian tugas
·         Tujuan yang akan dicapai
·         Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
·         Sesuai dengan kemampuan siswa
·         Ada petunjuk sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
·         Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

2.      Langkah pelaksanaan tugas
·         Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru
·         Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
·         Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
·         Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik

3.       Fase mempertanggungjawabkan tugas
·         Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
·         Ada Tanya jawab/diskusi kelas
·         Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.
·         Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi”

c.       Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Adapun kelebihan dari metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:
·         Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun     kelompok
·         Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru
·         Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
·         Dapat mengembangkan kreativitas siswa
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak
·         Memupuk rasa tanggung jawab
·         Memperkuat motivasi belajar
·         Menjalin hubungan antara sekolah dengan keluarga
·         Mengembangkan keberanian berinisiatif

d.      Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Adapun kekurangan dari metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:
·         Siswa sulit dikontrol mengenai pengerjaan tugas
·         Khususnya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja , sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik
·         Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
·         Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa
·         Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua
·         Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman
·         Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas
·         Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur.[6]











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam arti luas, manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan pebelajar peserta didik dengan diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian. Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Sue dan Glover (2000) dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah menolong murid untuk mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen, struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. 
Metode pemberian tugas atau resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, resitasi adalah hafalan yang diucapkan oleh murid-murid di dalam kelas. Abu Ahmadi, dkk.,menyebutkan bahwa metode pemberian tugas belajarresitasiseringdisebutmetodepekerjaanrumahyaitumetodedimanasiswadiberitugasdiluarjampelajaran.
B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat penyempurnaan bagi makalah ini sangat kami harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.




DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Ed. III, cet.II. Jakarta: Balai Pustaka.
Rohman, Muhammad dan Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan. Jakarta:  Prestasi Pustaka.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Ed.I, cet.I.Yogyakarta: UNY Press.
Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching.



[1]Rohman, Muhammad dan Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan. Jakarta:  Prestasi Pustaka. Hlm. 137-139
[2]Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. Hlm: 122
[4] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi 3 cet. ke-2, hal. 952.

[5] Sugihartono, dkk.,Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), Ed.1 Cet.A, hal. 84.
[6]http://Masudkhan2000.blogspot.com/2013/09/metode-tesitasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar