BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di
tengah era globalisasi dan otonomi daerah, tuntutan perbaikan pembelajaran
disekolah semakin mengemuka.Dimana orientasi pembelajaran mengalami perubahan
dari kegiatan belajar berpusat kepada guru sekarang menjadi pembelajaran yang
berpusat pada murid. Itu berarti reformasi sekolah, khususnya pembelajaran
merupakan hal yang mendesak untuk
dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkannya suatu
manajemen pembelajaran agar dapat mengetahui cara mengorganisir pembelajaran
disekolah.
Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar
mengajar, dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien. Pada dasarnya, manajemen pembelajaran merupakan pengaturan semua kegiatan
pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran yang dikategorikan dalam kurikulum
inti maupun penunjang.
Pengertian manajemen pembelajaran
demikian dapat diartikan secara luas, dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan
bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada
penilaian pembelajaran. Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran
merupakan bagian dari strategi pengelolaan pembelajaran.
Dengan berpijak dari
pernyataan-pernyataan terkait definisi manajemen pembelajaran tersebut, maka
dapat dibedakan antara pengertian manajemen pembelajaran dalam arti luas dan
manajemen pembelajaran dalam arti sempit.
Dalam arti luas, manajemen
pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola bagaimana
membelajarkan pembelajar peserta didik dengan diawali dengan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian.
Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan
yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa manajemen pembelajaran merupakan kegiatan mengelola proses pembelajaran,
sehingga manajemen pembelajaran merupakan salah satu bagian dari serangkaian
kegiatan dalam manajemen pendidikan.
Dalam manajemen pembelajaran, yang
bertindak sebagai manajer adalah guru atau pendidik.Sehingga dengan demikian,
pendidik memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa langkah
kegiatan manajemen yang meliputi merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan
pembelajaran, mengendalikan (mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukan.
Pada kegiatan merencanakan
pembelajaran, pendidik menentukan tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin
dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan peserta didik
dan apa yang dilakukan pendidik. Oleh karena itulah, untuk mendapatkan proses
pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan.
Senyatanya, manajemen pembelajaran
merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga
dalam manajemen pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan hal-hal penting
untuk diperhatikan. Beberapa bagian terpenting dalam manajemen pembelajaran
tersebut antara lain: penciptaan lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan
harapan kepada peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan
kedisiplinan peserta didik. Disamping itu, dalam penyusunan materi diperlukan
juga rancangan tugas ajar dalam ranah psikomotorik, dan rancangan tugas ajar
dalam ranah afektif, selain rancangan tugas ajar dalam ranah kognitif tentunya.
BAB II
PEMBAHASAN
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
A. Peran
Guru dan Siswa
Di dalam proses belajar
mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan
interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Guru dan siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan transfer of
knowledge-nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu
penataan peran guru dan siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam
pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan
berbasis TIK, peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus
menjadi fasilitator, kolabolator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar
bagi siswa. Karenanya guru dapat memberikan
penyuluhan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami
peristiwa belajar. Dengan peran guru sebagaimana dimaksud, maka peran siswa pun
mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak
menghasilkan dan berbagi (sharing)
pengetahuan atau keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana
layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat belajar secara individu,
sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Untuk mendukung proses
integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka manajemen sekolah, guru dan siswa
harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang
terdiri atas prinsip-prinsip:
1.
Aktif:
memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik
dan bermakna.
2.
Konstruktif:
memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keingintahuan dan keraguan
yang selama ini ada dalam benaknya.
3.
Kolaboratif:
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja
sama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk
sesama anggota kelompoknya.
4.
Antusiastik:
memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
5.
Dialogis:
memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan
dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut
baik di dalam maupun di luar sekolah.
6.
Konstektual:
memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan “problem-based atau case-based learning”
7.
Reflektif:
memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan
apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri.
8.
Multisensory:
memungkinkan proses pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas
belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik.
9.
High
order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir
tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll) serta
secara tidak langsung juga meningkatkan “ICT dan media literacy”.[1]
Menurut Sue dan Glover
(2000) dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah menolong murid untuk
mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen,
struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan
mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.
Jadi yang menjalankan
kepemimpinan dalam pembelajaran adalah guru, karena proses mempengaruhi murid
agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik. Semakin senang perasaan anak dalam mengikuti
pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa
tercapai secara optimal.
Menurut Davis (1996)
dalam konteks peran guru, memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru
untuk memberikan motivasi, mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan
siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.
Guru adalah motivator
untuk mempengaruhi siswa melakukan kegiatan belajar. Untuk memberikan pengaruh
dan bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan dua usaha
utama, yaitu: (1) memperkokoh motivasi siswa, (2) memilih srategi mengajar yang
tepat[2].
B.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a.
Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup
Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri
atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau
lebih.
RPP
merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar.Persiapan disini
dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional
yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan
pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai
persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan
suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya
beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya
belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, RPP adalah
penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap
pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh
guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah
pertemuan selesai.
b. Tujuan dan Fungsi RPP
1.
Tujuan
·
Mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses
belajar mengajar;
·
Dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional,
sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati,
menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang
logis dan terencana.
2.
Fungsi
Sebagai
acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan
pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai skenario
proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya
bersifat luwes (fleksibel) dan member kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan
dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.
c. Unsur-unsur yang Perlu Diperhatikan
dalam Penyusunan RPP
·
Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus
dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar
yang telah dikembangkan didalam silabus;
·
Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi
yang memberikan kecakapan hidup ( life skill ) sesuai dengan permasalahan dan
lingkungan sehari-hari;
·
Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan
siswa dengan pengalaman langsung;
·
Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan
berkelanjutan didasarkan pada system pengujian yang dikembangkan selaras dengan
pengembangan silabus.
d.
Komponen-komponen RPP
·
Identitas mata pelajaran
·
Standar kompetensi
·
Kompetensi dasar
·
Indikator pencapaian kompetensi
·
Tujuan pembelajaran
·
Materi ajar
·
Alokasi waktu
·
Metode pembelajaran
e.
Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
·
Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
·
Mendorong partisipasi aktif peserta didik
·
Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses
pembelajaran
·
Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
·
Keterkaitan dan keterpaduan
·
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
f. Langkah-langkah Penyusunan RPP
·
Identitas mata pelajaran
·
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
·
Indikator
·
Materi pembelajaran
·
Tujuan pembelajaran
·
Strategi atau Skenario Pembelajaran
·
Sarana dan Sumber Pembelajaran
·
Penilaian dan Tindak Lanjut.[3]
C.
Metode
Pemberian Tugas dan Resitasi
a.
Pengertian
Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas atau resitasi adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar.Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, resitasi adalah hafalan yang
diucapkan oleh murid-murid di dalam kelas.[4]Abu
Ahmadi, dkk.,menyebutkan
bahwa metode pemberian tugas
belajarresitasiseringdisebutmetodepekerjaanrumahyaitumetodedimanasiswadiberitugasdiluarjampelajaran. Dalam
pelaksanaan metode ini anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah,
tetapi bisa dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, di kebun percobaan,
dan sebagainya untuk dipertanggungjawabkan kepada guru.[5]
Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian
siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung
jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri
informasi.Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai
kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri.
Dalam pemberian tugas, guru harus jelas dalam
mendeskripsikan tugas untuk siswa.Andaikata tugas harus diselesaikan oleh
kelompok, sebaiknya guru juga mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok
untuk menghindari adanya siswa yang tidak aktif.Sebaiknya tiap anggota kelompok
melaporkan hasil yang dibuatnya sendiri disamping ada hasil yang merupakan
laporan kelompok.Satu hal yang harus dicamkan oleh guru yaitu laporan siswa
harus diperiksa dan dikembalikan kapada siswa setelah diperiksa.
b.
Langkah-langkah
Penggunaan Metode Resitasi.
Adapun
langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas atau resitasi,
yaitu:
1. Fase
pemberian tugas
·
Tujuan yang akan
dicapai
·
Jenis tugas yang jelas
dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
·
Sesuai dengan kemampuan
siswa
·
Ada petunjuk sumber
yang dapat membantu pekerjaan siswa
·
Sediakan waktu yang
cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
2. Langkah
pelaksanaan tugas
·
Diberikan
bimbingan/pengawasan oleh guru
·
Diberikan dorongan
sehingga anak mau bekerja
·
Diusahakan/dikerjakan oleh
siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
·
Dianjurkan agar siswa
mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik
3. Fase mempertanggungjawabkan tugas
·
Laporan siswa baik
lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
·
Ada Tanya jawab/diskusi
kelas
·
Penilaian hasil
pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.
·
Fase
mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi”
c.
Kelebihan
Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Adapun
kelebihan dari metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:
·
Lebih merangsang siswa
dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok
·
Dapat mengembangkan
kemandirian siswa di luar pengawasan guru
·
Dapat membina tanggung
jawab dan disiplin siswa
·
Dapat mengembangkan
kreativitas siswa
·
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk belajar lebih banyak
·
Memupuk rasa tanggung
jawab
·
Memperkuat motivasi
belajar
·
Menjalin hubungan
antara sekolah dengan keluarga
·
Mengembangkan
keberanian berinisiatif
d.
Kekurangan
Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Adapun
kekurangan dari metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:
·
Siswa sulit dikontrol
mengenai pengerjaan tugas
·
Khususnya untuk tugas
kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota
tertentu saja , sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik
·
Tidak mudah memberikan
tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
·
Sering memberikan tugas
yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa
·
Memerlukan pengawasan
yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua
·
Banyak kecenderungan
untuk saling mencontoh dengan teman-teman
·
Dapat menimbulkan
frustasi bila gagal menyelesaikan tugas
·
Agak sulit diselesaikan
oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam arti luas, manajemen
pembelajaran adalah serangkaian proses kegiatan mengelola bagaimana
membelajarkan pebelajar peserta didik dengan diawali dengan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian.
Sedangkan manajemen pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan
yang perlu dikelola pendidik selama terjadinya interaksi dengan peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Sue dan Glover
(2000) dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah menolong murid untuk
mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen,
struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan
mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Metode pemberian tugas atau resitasi adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar.Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, resitasi adalah hafalan yang
diucapkan oleh murid-murid di dalam kelas. Abu Ahmadi, dkk.,menyebutkan bahwa metode pemberian
tugas belajarresitasiseringdisebutmetodepekerjaanrumahyaitumetodedimanasiswadiberitugasdiluarjampelajaran.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, kritik dan saran yang
bersifat penyempurnaan bagi makalah ini sangat kami harapkan.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas.2002.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Ed. III, cet.II. Jakarta: Balai Pustaka.
Http://huderi-wordpress.com/2010/08/25/deskripsi-rencana-pelaksanaan-pembelajaran-rpp (diakses 29 November 2013).
Http://Masudkhan2000.blogspot.com/2013/09/metode-tesitasi.html(diakses 29 November 2013).
Rohman,
Muhammad dan Sofan Amri. 2012. Manajemen
Pendidikan. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Ed.I, cet.I.Yogyakarta:
UNY Press.
Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum
Teaching.
[1]Rohman, Muhammad dan
Sofan Amri. 2012. Manajemen Pendidikan.
Jakarta: Prestasi Pustaka. Hlm. 137-139
[2]Syafaruddin dan Irwan
Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran.
Jakarta: Quantum Teaching. Hlm: 122
[4]
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
Edisi 3 cet. ke-2, hal. 952.
[6]http://Masudkhan2000.blogspot.com/2013/09/metode-tesitasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar